Kamis, 22 November 2012

Firasat

Sudah hampir 2 tahun aku menjalin hubungan dengan lelaki yang aku kenal sejak aku duduk di bangku SMA, namun hubungan itu kini menjadi masalah yang selalu mengganggu fikiranku. Sejak kami menjalani hubungan jarak jauh, dia jadi lebih sering emosi jika aku tanya tentang sesuatu, dia menjadi lebih sensitif dan mudah marah, entah apa yang membuatnya seperti itu. Aku selalu mencoba untuk mengalah, bersabar dan mencoba untuk mengerti mengapa ia begitu, tapi pada suatu ketika firasatku mengatakan ada yang aneh dengannya, namun aku tidak tau apa itu. Hingga suatu ketika disaat waktu kerjaku sedang renggang, aku berfikir untuk membuka fb miliknya tanpa izin terlebih dahulu, lalu aku membuka messagenya dan benar saja firasatku selama ini, aku menemukan messagenya dengan perempuan yang selama ini tidak ku sukai, yang dulu sempat dekat dengannya. Mereka saling chat seperti layaknya orang berpacaran, dan aku sangat ingat tanggal dimana mereka chat adalah disaat dia tidak mengabariku seharian penuh dengan alasan BBMnya error, bodohnya aku percaya begitu saja. Pada saat aku menelponnya untuk meminta penjelasannya, telponku selalu di tolak sampai berkali-kali, aku hanya bisa menangisi semuanya, hingga sesampainya dirumah aku menceritakan semuanya kepada kakak-kakak perempuanku, mereka semua sangat marah padanya, mereka menganggap ia lelaki tidak bertanggung jawab karena baru beberapa bulan hubungan jarak jauh sudah berani untuk berselingkuh. Namun aku masih sayang padanya, hingga aku mencoba untuk memaafkannya dan kembali seperti biasa dengan syarat ia merubah emosionalnya, tetapi percuma karena ia tidak juga berubah, ia tetap mudah marah dan tersinggung. Akupun merasa bahwa ia mulai menjauh dan cuek padaku. Akhirnya aku memutuskan untuk memutuskan hubunganku dengannya, tapi ia tidak mau dengan alasan hanya aku yang ia sayangi, tidak ada wanita lain yang ia sayang, aku hanya bisa mencoba menahan semuanya dan tetap memilih umtuk putus dengannya walau berat untuk menghapus semua rasa sayangku padanya.
Tak lama berselang aku putus dengannya, aku dekat dengan teman kampusku sebut saja namanya N. N merupakan seorang lelaki yang sangat humoris dan membuatku sangat nyaman dengannya. Pada suatu hari aku pergi jalan dengannya setelah pulang kuliah, dan ia menceritakan semua pengalaman pahitnya yang diselingkuhi oleh kekasihnya yang sudah 2 tahun menjalin hubungan, akupun juga menceritakan apa yang sudah terjadi padaku dan mantan kekasihku tersebut. Ia bilang bahwa sepertinya kita cocok, dan ia juga menyatakan perasaannya bahwa dia suka padaku, ia merasa nyaman berada di dekatku. Dan kitapun menjalin hubungan tanpa status. Ia juga mengajakku kerumahnya dan mengenalkanku pada orang tua dan kakak-kakaknya. Keluarganya sangat baik, mereka sangat menerima kehadiranku. Keesokannyapun ia bercerita bahwa Mamanya sangat menyukaiku dan berharap aku bisa menjadi pacar N. Hingga akhirnya ia memintaku untuk menjadi pacarnya dan akupun menerimanya. Awalnya memang aku bahagia berpacaran dengannya, ia selalu bisa membuat aku nyaman dan membuatku tidak mudah marah padanya. Namun kebahagiaan itu tidak berjalan lama. Beberapa hari kemudian, pagi harinya firasatku mengatakan ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi, tapi aku tidak tau apa, aku dan N masih smsan seperti biasa dan akhirnya pada saat aku sedang bekerja ia menelponku dan dengan sedih bilang bahwa ia ingin putus denganku, alasannya karena ia masih sayang pada mantannya sebut saja M, dan ia juga bilang bahwa ia sedang bersama dengan mantannya tersebut. Awalnya aku hanya terkejut namun masih bisa tegar dan tidak menangis, namun pada saat aku menelpon sahabatku sebut saja V, aku menceritakan apa yang sudah terjadi dan aku mulai menangis, rasanya sakit sekali, sesak sekali nafasku, aku merasa bahwa aku sudah sangat menyayanginya. Beberapa jam setelah ia memutuskanku, ia menelponku lagi berkali-kali tapi selalu aku tolak, pada akhirnya aku mengangkatnya setelah tangisanku berhenti. Aku mencoba untuk tidak menangis saat berbicara dengannya, tapi apalah daya, aku tetap ingin menangis, namun sebelum aku menangis aku mematikan telponnya, dan ia menelponku lagi tetapi tidak aku angkat. Pada malam harinya ia menelpon lagi dan meminta maaf lagi dengan suaranya yang seperti sedang sedih, aku hanya bilang kalau aku memaafkannya dan aku menjawab pertanyaannya dengan jutek, hingga akhirnya ia mematikan telponnya dan aku kembali menangis... :"""(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar